KEBUN SEORANG VETERAN
James P. Glaser

Paman saya adalah seorang Prajurit Angkatan Udara ke 8 padai Perang Dunia ke dua. Setelah perang usai, dia mengusahakan kebun bunga Gladiol. Ayah saya adalah seorang marinir pada perang Korea. Saat dia pulang dan keluar dari ketentaraan, dia bercocok tanam buah-buahan. Saya sendiri adalah seorang prajurit Marinir dalam perang Vietnam dari tahun 1968 sampai tahun 1969. Setelah pulang, saya memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menemukan tanaman apa yang tepat untuk saya.
Setelah meninggalkan medan perang, saya menjadi seorang yang sangat pendiam. Sebetulnya itu terjadi juga kepada ayah dan paman Louie. Tetapi keadaan saya lebih buruk. Saya tidak bisa membicarakan hal apa pun. Istri saya selalu berkata, Kamu sama sekali tidak pernah bicara! Saya memang tidak bisa bicara. Saya tidak tahu penyebabnya. Saya kehilangan kemampuan berbicara saat kembali dari Vietnam. Saya tidak tahu mengapa itu bisa terjadi dan bagaimana ceritanya. Tetapi kenyataannya adalah saya kehilangan kemampuan berbicara saat saya pulang. Semua yang akan saya katakan seolah tesimpan di dalam hati dan tertelan lagi saat akan keluar. Setahu saya banyak veteran perang Vietnam memiliki masalah dalam pergaulan dan susah untuk bisa berhubungan dekat dengan orang lain. Saat anda berada di medan perang, anda akan memiliki ikatan yang kuat dengan orang-orang di dalam kelompok tempur. Hubungan anda begitu dekat karena nyawa anda bergantung pada sesama teman prajurit yang saling melindungi – bahkan hubungan itu lebih dekat daripada hubungan dengan saudara kandung. Saat ada teman-teman korps terbunuh, anda akan merasa sangat kehilangan, dan anda menjadi takut untuk dekat dengan orang lain. Anda mencintai istri dan anak-anak, tetapi anda sangat takut kehilangan mereka dan itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pada saat yang bersamaan, anda bisa menjadi seorang yang protektif, sangat protektif, bahkan mungkin setiap saat berusaha mengawasi segala sesuatu. Anda tidak bisa santai dan hidup normal. Itulah sebabnya mengapa sekarang ini saya menjadi seorang yang kaku, pendiam dan penyendiri. Kemudian suatu hari saya mendengar ayah bercakap-cakap dengan pohon apelnya. Saya sebetulnya ingin mendengar apa yang ayah katakan pada pohon apelnya, tapi menguping pembicaraan orang adalah hal yang tidak sopan. Apa yang ayah lakukan membuat saya berpikir – bahwa saya ingin juga melakukan hal yang sama pada hari berikutnya. Pada tahun pertama saya tidak bercakap-cakap kepada tanaman saya seperti ayah. Sebaliknya saya memaki-maki mereka. Mengapa kamu begitu bodoh? saya berseru kepada tanaman tomat saya. Apa masalah kalian? Kemudian saya berlari menuju tanaman bunga matahari. Ayo, kembangkan bungamu! Kalian sudah terlambat! Saya seperti seorang komadan rekrutmen yang sedang memberikan driling kepada para prajurit muda. Saat saya memarahi tanaman-tanaman itu, sebetulnya saya sedang memarahi diri saya sendiri. Di hari ketika saya marah-marah terhadap tanaman-tanaman yang tidak bersalah itu, ada semacam sumbatan yang terlepas dari diri saya. Kadang-kadang saya menyiram tanaman dengan air mata saya. Pergi ke medan perang itu bukan hal baik. Ada waktu dimana satu hal anda adalah orang yang baik, dan di lain hal anda adalah orang yang menakutkan. Kemudian saat saya kembali dari Vietnam, beberapa orang mencibir dan mengatai saya pembunuh. Saya sangat marah, sangat frustrasi, ada kekosongan dalam diri saya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jadi saya berteriak dan memarahi tanaman-tanaman saya. Seorang veteran perang itu susah untuk meminta pertolongan orang lain. Tetapi tanaman-tanaman itu banyak membantu saya. Kebun itu menjadi komunitas saya. Saya peduli kepada tanaman-tanaman saya. Tiap hari saya sirami dan saya beri pupuk. Saya melindungi mereka dari hama dan serangga. Saya membaca buku tentang berkebun dan belajar menanam bunga-bunga yang dapat menarik serangga yang baik dan mengusir serangga yang jahat. Dan ternyata tanaman-tanaman itu menanggapi perhatian yang saya berikan. Mereka tumbuh dengan subur dan indah. Setelah musim pertama, saya akhirnya dapat bercakap-cakap dengan baik kepada tanaman-tanaman saya. Bahkan saya bisa bernyanyi untuk mereka seperti lagu anak-anak dan himne korps marinir. Saya biasanya berkata, BApa kabar? BApa kamu perlu sesuatu?Kalian terlihat baik hari ini. Saya juga belajar bersabar dari tanaman-tanaman itu – anda tidak bisa memaksa wortel cepat besar. Akhirnya saya bisa merasakan kebanggaan pada diri saya lagi – saya memiliki tanaman tomat Early Girl yang sangat enak! Dan saya juga ingin berbicara dengan orang lain – bercerita tentang kebun saya membagi hasil panennya. Kemudian saya mulai berpikir untuk membicarakan apa yang saya rasakan dengan ketiga anak saya. Saat itu istri saya meninggal, dan saya sangat memerlukan hubungan yang nyata dengan anak-anak. Saya ingin bercakap-cakap tentang hidup, gagasan dan perasaan – bukan hanya mengenai sekolah dan keadaan cuaca. Jadi saya mulai berlatih berbicara dengan tanaman-tanaman saya. Ayah ingin kalian tahu bahwa kalian begitu berarti bagi ayah, saya mulai berlatih. Ayah akan mencoba.Terkadang ayah begitu marah dan ingin berteriak tetapi tidak tahu penyebabnya.Ayah ingin kalian membaca buku ini. Ayah pikir itu bisa menjelaskan mengapa ayah bersikap seperti ini. Itu semua membuat dunia saya berubah total. Hari ini saya bersahabat dengan ketiga anak saya. Kami bisa berbicara seperti kepada seorang sahabat. Nikki, anak perempuan tertua saya, sekarang sudah dewasa. Kami biasa berbicara tiap minggu. Kami membicrakan semua hal. Garret, anak laki-laki saya akan menyelesaikan kuliah musim semi ini. Kami berdua adalah teman baik. Whitney, anak bungsu saya, baru saja kembali dari tour konser sepuluh-kota dengan group koor universitasnya. Dia langsung menelpon saya begitu selesai konser untuk menceritakan pengalamannya. Setelah saya bisa menjalin ikatan komunikasi yang baik dengan anak-anak, saya bertemu Charmaine, seorang wanita yang akan bersama-sama dengan saya menjalani hidup. Dan saya mempunyai kebun yang siap digunakan untuk berlatih mengucapkan kata-kata yang akan saya sampaikan padanya. Saya sekarang bangga menjadi seorang veteran Vietnam. Saya bukan pembunuh. Saya hanya seorang warga negara seperti ayah dan paman Loui yang mendapat panggilan tugas negara dan melaksanakannya. Sekarang saya bisa berbicara dengan baik kepada semua orang. Saya belajar bahwa orang itu seperti tanaman. Jika anda memperlakukan mereka dengan baik, mereka juga akan membalasnya dengan baik pula. Korps Marinir mengirim saya ke medan perang di luar negeri, tetapi kebun sayuran sudah membawa saya pulang kembali.
Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkanNya orang benar itu goyah (Mz 55:22)
PESTA - Pendidikan Elektronik Studi Teologia Kaum Awam - ALUMNI

Comments

Popular posts from this blog

FREEDOM OF LIFE

TAWA DI TENGAH HUJAN

KISAH DUA PEDAGANG PERMEN