Posts

Profesor X, Magneto dan Suatu Harapan

Image
Dalam cerita X-Men, Profesor X (Charles Xavier) dan Magneto (Max Eisenhardt) adalah dua sahabat karib kemudian menjadi pimpinan dua kelompok mutan (suatu subspesies manusia yang dilahirkan dengan kemampuan super) yang kemudian bertarung satu sama lain walaupun awalnya apa yang mereka perjuangkan adalah sama. Pada dasarnya kelompok mutan ini (X-Men) berjuang demi tercapainya perdamaian dan kesetara an antara manusia normal dan para mutan dan melawan penindasan dan permusuhan dari kelompok manusia yang anti mutan. Kelompok pertama dipimpin oleh Profesor X, seorang mutan dengan kemampuan telepati dan membaca pikiran memiliki pandangan dan filosofi yang berlawanan dengan kelompok yang kedua di bawah pimpinan Magneto, seorang mutan dengan kemampuan mengendalikan logam, dalam hal bagaimana berinteraksi dengan kelompok manusia normal. Profesor X percaya bahwa selalu ada upaya perdamaian dan kerja sama dengan manusia normal, sementara Magneto melihat manusia sebagai ancaman dan percaya bahwa l

Bakti Anak dan Pembuang Sampah

Image
Dalam perjalanan pulang dari jaga malam, pagi ini, saya bertemu dengan seorang ibu yang sedang menyapu jalan bersama dengan anak perempuan berusia sekitar 6 atau 7 tahun yang sedang mendorong "gerobak" sampah mengikuti arah gerak ibunya yang sedang menyapu sampah plastik dan dedaunan yang menumpuk sejak semalaman. Saya trenyuh dengan pemandangan seperti ini, bukan karena seharusnya sang gadis kecil ini tidak perlu ikut bersama dengan ibunya ikut bekerja. Saya tidak pernah ber pikir bahwa sang ibu yang memaksakan anaknya untuk membantunya, tetapi saya lebih meyakini bahwa ini adalah kerinduan sang anak agar pekerjaan sang ibu dimudahkan atau cepat selesai. Saya trenyuh karena saya tahu persis bahwa sampah yang disapu dan diangkut oleh sang ibu-anak itu adalah sampah yang dibuang oleh pengguna jalan, entah itu sepeda motor, mobil yang diparkir atau sedang berjalan dan sangat mungkin berasal dari kendaraan dari orang yang memiliki intelektualitas Bukan hanya tempat di mana saya

Mario dan Gelang Identitas

Image
Meet Mario.....  Pagi ini, saya bertemu dengan Mario, seorang bocah berumur 5 tahun yang akan menjalani prosedur pembedahan THT, penuh senyum dan bahkan berani dipasang infus tanpa sedikitpun menangis. Sewaktu melakukan sign in di ruang persiapan, saya menanyakan namanya, sembari menyebutkan namanya secara cadel, ia mengangkat tangan kirinya yang ada gelang identitas, "Kan ada namanya di sini, Om Doktel..... Baguslah dek, semoga banyak pasien yang seperti adek waktu survei akreditasi JCI. Dijamin Pokja Anesthesia & Surgical Care, maknyos... #CeritaHariIni   #AnesthesiaLife   #Anesthesiologist #MarioNamaSamaran Mario dan Gelang Identitas

Selamat Menikmati Masa Purnabakti, Ses Demi

Image
Saat ini, saya harus memberikan penghargaan kepada Demitria Mangode atau Ses Démi, demikian panggilan akrabnya yang beberapa hari lalu memasuki masa purnabakti Dari perawat-perawat (senior) ICU seperti Ses Démi inilah saya belajar bahwa kata kunci bekerja di ICU adalah CARE, bekerja dengan hati, meskipun dibayangi segala keterbatasan. Dari sosok sederhana seperti ini saya belajar bagaimana seharusnya berlaku rendah hati dan tekun. Masih teringat dalam memori saya, saat pertam a bekerja di ICU bersama mereka, ada beberapa pasien yang berprognosis buruk, resisten dengan berbagai antibiotika, tetapi melalui tangan-tangan yang tekun dan penuh kasih, yang senantiasa mengerjakan oral hygiene, chest physiotherapy, mobilisasi, personal hygiene bahkan sampai keramas, diet, dll, serta oleh perkenanan Yang Kuasa, pasien-pasien itu akhirnya menjadi penyintas, keluar dari ICU dengan perbaikan yang signifikan. Saya sangat beruntung dan merasa terhormat bekerja bersama orang-orang seperti ini... Sela

Pilkada (DKI) 2017 dan logical fallacy

Image
Status linimasa 15 Februari 2017 tak pelak lagi, pasti dipenuhi dengan postingan atau cuitan terkait dengan Pilkada 2017 dengan Pilkada DKI menjadi man of the match, primadona, serta bintang utama dari "trending topics" hari ini.Dari sejumlah status rekan virtual, ada hal yang menarik perhatian saya, sebuah status menyebutkan, "Jakarta yang memilih, justru yang lain, (baca : sebagian warga non Jakarta) yang panas." Sementara ada status warga non Jakarta menjustifikasi ketertarikan mereka terhadap dengan isu ini, dengan argumen bahwa Jakarta adalah ibukota negara dan otomatis menjadi milik bersama warga negara Indonesia, sehingga mereka juga memiliki hak yang sama untuk berkomentar tentang Jakarta.Sebelum beranjak menguji "validitas ide" tersebut di atas, kita perlu mensyukuri satu hal terkait momentum Pilkada (DKI Jakarta) saat ini, yaitu "political awareness" di kalangan penduduk Indonesia (baca : netizen) sudah semakin membaik. Meskipun (mung

State of Emergency

Image
Menyaksikan sebuah film lawas tahun 1994, "The State of Emergency" yang dibintangi oleh aktor Joe Mantegna (bagi penggemar Serial Criminal Minds pasti akrab dengan tokoh ini) mengusik benak saya untuk merelevansikannya dengan kondisi pelayanan gawat darurat dalam praktek sehari-hari (di negeri ini). Hampir semua tenaga kesehatan bisa mengamini bahwa bekerja di lingkup gawat darurat adalah salah satu pekerjaan yang melelahkan fisik dan memenatkan jiwa. Ada begitu banyak pemangku kepentingan yang berkontribusi terhadap keberhasilan pelayanan gawat darurat tersebut. Dengan kata lain, tidak ada satu pahlawan super saat bekerja di kondisi ini. Satu  orang atau beberapa orang tidak bisa mengklaim bahwa mereka dapat melakukan banyak hal. Bekerja di gawat darurat bukan berbicara tentang membentuk individu yang super tetapi bagaimana membentuk tim yang super. Terbentuknya tim super itu membutuhkan upaya yang tidak mudah dan tentunya yang pasti memerlukan waktu. Kompleksitas masalah

Seribu Wajah Penyembahan

Image
Bagi pribadi yang saat ini memutuskan untuk berbakti di gereja yang "beraliran" calvinisme, kebaktian minggu dengan nuansa praise and worship adalah keistimewaan yang jarang diperoleh.  Hal ini bak memuaskan dahaga sisi evangelikal-karismatis dalam diri. Jauh dari niat memantik perdebatan dogmatis maupun doktrin teologis, namun keprihatinan mendalam tentang beralihnya beberapa anggota jemaat dengan alih "pencarian Roh Kudus dalam genre musik tertentu" ini mengusik perenungan lebih dalam diri saya Saya teringat dengan sebuah tulisan menarik yang dibuat oleh Komisi Musik RCA di tahun 1996, berjudul "The Theology and Place in Music in Worship". Dalam tulisan itu ditegaskan bahwa nyanyian penyembahan memang menjadi hakekat dan konsekuensi dari menjadi umat Allah. Sejarah mencatat bahwa umat Allah sejak meninggalkan Mesir, menyeberangi Laut Merah, penyembahan di Tabernakel dan Bait Suci, segala ungkapan hati di Mazmur bahkan nasehat Rasul Paulus kepada jema